Andien Rasa Teh Tarik

Tepat seminggu sebelum Ramadhan, saya ‘kesurupan’ teh tarik. Eits, ini lebay :D. Bukan kesurupan, tapi ‘norak kegirangan’ dan hampir menyesap 3-4 cangkir teh tarik setiap harinya. Satu dinikmati pagi hari, kala suami dan Air masih tidur, sambil baca buku di balkon, ditemani kicau burung. Kedua, ditenggak pas makan siang. Jadi pasangan nasi goreng ataupun gado-gado. Ketiga, nah ini yang favorit, diteguk pelan-pelan sore hari di kantor sembari ngemil kue-kue kecil, daaan disenandungkan lagu “Pulang” milik Jeng Manis Andien. Tiap sorenya Jeng Andien ini bernyanyi dengan latar kepulan uap panas teh tarik saya. Nah, cangkir terakhir ludes di malam hari sebelum bobo-bobo cantik.

Teh tarik ini semacam minuman garda tengah yang elegan buat saya. Nggak segarang kopi dalam menggerus-gerus lambung, tak terlampau ringan seperti teh, atau tak se-‘baby face’ susu yang juga (entah kenapa) buat saya lebih cocok jadi obat pencahar. Jadi ya itu tadi, pas di tengah-tengah. Namun sayang, kegemaran ini kudu libur dulu selama puasa. Bahkan yang jadwal malam hari biasanya ke-skip saking dah cape selama Ramadhan ini.

Dan lalu tadi siang, saya coba putar kembali “Pulang”-nya Andien. Tiba-tiba saya merasakan ada teh tarik yang sedang meluncur dengan manis dan lembut di kerongkongan. Aih, otak ini ternyata begitu saja mengorelasikan lagu tadi dengan teh tarik. *batal gaak yaa, bodo ah ihihihi*

Tapi emang bener ya, terlepas nyambung atau nggak sama liriknya, otak kita suka kreatif menghubung-hubungkan sesuatu yang lagi dilakonin sama sebuah lagu. Itulah kenapa, pasti masing-masing kita punya kenangan suatu masa yang lekat sekali dengan suatu lagu.

Misalnya nih, buat saya sih lagu-lagu ini:
* Barbie Girl-Aqua mengantarkan ke suatu obrolan hangat dengan sahabat SMA pada sore yang manis di KFC (zaman dulu belom ada Sevel sih, hihi)
* It’s My Life-Bon Jovi ngingetin waktu try out jelang UMPTN
* I will Fly-Ten to Five inget waktu kopdar pertama sama pria yang ternyata jadi suami saya sekarang di Citos sambil nenggak heroin cappucino.
* Koleksinya album pertama Peter Pan, ini lagu ngeselin dan bosenin abis. Saya nggak suka tapi diputer-puter terus di mana-mana pas waktu minggu-minggu pertama pernikahan.
*Tak Gendong Ke Mana-mana-Mbah Surip, ini lagu wajib opanya Air pas gendong cucunya yang baru dimandiin berbalut bedong. Lagu ini belom marak di pasaran, tapi rumah kami udah pekat sama aroma Mbah Surip.
* Daaan masih banyak lagi.

Gitu juga, gak? Coba cek playlist kamu deh. Ada gak segerombolan lagu yang dikelompokkan berdasarkan tahun tertentu? Jadi selama nikmatin lagu itu, serentetan scene masa lalu mengalun dengan ritmis di kepala. Ayo ayo ngaku 🙂

Pantesan ya, ada seorang sahabat yang ngeset status BBM-nya dengan lagu-lagu yang lagi dia dengerin. Yang bikin heran, pertama, ko lagu-lagunya jadul-jadul (lagu zaman saya dan dia masih SMA) dan, kedua, selalu diputer di jam yang sama. Saat jam pulang kantor.

Akhirnya dia jawab. “Kamu pasti sadar yang aku puter itu lagu-lagu zaman kita SMA. Dan kamu pasti ‘ngeh’ kalau itu semua diputer di jam yang sama. Itu karena aku selalu merasa zaman itu adalah masa yang paling nyaman buat aku dan jam itu tepatnya di sore hari waktu kita pulang les sama-sama.”

Ya, dan lagi-lagi ya. Seperti yang tertulis di gambar (yang didapet dari sini) “Where words fail…music speaks”.

Lalu, apa lagumu, kawan?
*lanjutin minum ‘nada-nada’ teh tarik