Aneka Rasa dan Rupa “Mother’s Love”

Awalnya iseng. Cari gambar untuk screen saver. Ceritanya yang bertema “mother’s love“. Suka terenyuh liat image seorang ibu yang sayang banget sama anaknya. Energinya berasa banget. Misalnya kaya yang ini.

Berasa gak? Dengan menutup mata, sang ibu berinteraksi dengan hatinya ketika mencium sang buah hati. Tak perlu aksara dan tatap muka. Cinta berbahasa dengan wujud rasa.

Nah, karena Google ini baik hati. Disertakan pula gambar lain yang bikin hati makin terenyuh. Melihat para ibu binatang menyayangi anaknya. Nih, kaya gini.

Nyata ya, bahwa sayang dan cinta itu ekspresinya pelukan. Pelukan itu usaha sederhana dan spontan untuk meluapkan sayang. Saat tak berjarak, berasa ada ribuan dan jutaan rasa yang saling berpindah dari port hati ke hati. Hangat, nyaman, dan menyenangkan.

Tak hanya pelukan. Cinta itu bawaannya pasti ingin mencium. Gambar di atas itu favorit saya dan Air. Kami sering mempraktikan ciuman ala jerapah ini. Dicium tepat di ubun-ubun itu sensasinya lain. Lihat mulut ibu jerapah, bentuknya seperti hati terbalik. Ciuman itu, pasti berasal dari hati, ya.

Aih, mesranya induk kuda dan anaknya ini. Berdekatan, saling bersentuhan itu memang menyenangkan. Terlibas sudah jarak tanda tak ada yang diresahkan dalam interaksi keduanya. Mata mereka terlihat syahdu.

Kasih itu bumbunya canda. Selain menyediakan makanan dan apapun yang kita butuhkan, seorang ibu juga selalu siaga menyediakan tawa dengan bermain bersama. Seperti kucing di atas. Guling-guling di kasur, saling mengelitiki, saling melempar teka-teki…ah seperti tak lepas tawa dari bibir si buah hati.

Tak peduli di sarang ataupun di padang rumput, sang ibu kancil selalu sayang sama kancil kecil. Diciumnya si anak ketika berdiri dan kapanpun dibutuhkan. Mungkin memang tak ada istilah ‘terlalu banyak peluk dan cium’ bagi seorang ibu untuk anaknya.

Seorang ibu selalu bangga sama anaknya. Apapun keadaannya. Baik laki-laki ataupun perempuan, baik cacat ataupun lengkat tubuhnya, baik penyandang autisme ataupun biasa. Apapun, apapun itu sang ibu selalu bangga pada anaknya. Seperti berang-berang ini. Lihat mata induknya, cantik dan berbinar.

Lihat bebek itu, membawa anak-anaknya turut serta ke manapun ia pergi. Begitulah ibu, tak pernah ingin berjauhan dengan malhkuk kecil yang pernah satu aliran darah dengan dirinya. Dilindunginya, berusaha agar sang anak tak kelelahan berenang.

Siput kecil sedang berdiskusi dengan ibunya. Memang, tak pernah ada yang sangat memahami kita selain ibu. Ibu selalu menyediakan ruang hangat untuk kita berkeluh kesah dan mendapatkan dukungan. Saat butuh pendapatnya, disejajarkan dirinya. Agar tak sungkan mengeluarkan gundah.

Saat jalan yang terbentang sedang tak seindah harapan, sang ibu unta terus menyemangati anaknya dengan penuh kasih. Menyembunyikan bahwa dirinya pun lebih susah dan menderita. Senyum ketabahan selalu terulas di bibirnya. Menanamkan perasaan kuat pada anaknya, semata-mata karena ia harus kuat demi ibunya. Manis sekali.

Begitulah. Sebagai penutup. Ada puisi indah karya Michael O. Adesanya. Enjoy.

A Mother’s Love

There are times only when a Mother’s love
Can understand our tears,
Can soothe our disappointments
And calm all our fears.

There are times when only a Mother’s Love
Can share the joy we feel
When something we’ve dreamed about
Quite suddenly is real.

There are times when only a Mother’s faith
Can help on life’s way
And inspire in us the confidence
We need from day to day.

For a Mother’s heart and a Mother’s faith
And a Mother’s steadfast love
Were fashioned by the Angels
And sent from God above…

–Gambar diambil dari berbagai sumber Google, tanpa izin *ngaku*